Alas Rame Online

Sharing and Knoladge

Profil dan Sejarah Desa Wonorejo

Letak Geografis Desa Wonorejo

Secara Astronomis, Desa Wonorejo terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 500 - 600 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Malang tahun 2009, selama tahun 2009 curah hujan di Desa Wonorejo rata-rata mencapai 2000-3000 mm/th. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 3000 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2000-2009.
Secara geografis, Desa Wonorejo terletak di wilayah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga yaitu :
  • Sebelah Utara berbatasan dengan    : Desa Wringinanom
  • Sebelah Barat berbatasan dengan    : Desa Wonomulyo
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Ngadireso
  • Sebelah Timur berbatasan dengan    : Desa Poncokusumo
Desa Wonorejo merupakan Ibu kota kecamatan karena per-Kantor-an Kecamatan berdiri dan terbangun di atas tanah milik wilayah desa Wonorejo. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten Malang adalah sekitar 25 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 50 menit.

Geologis Wilayah

Luas Wilayah Desa Wonorejo adalah 466.070 Ha. Luas lahan yang ada terbagi ke dalam beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain-lain.

Luas lahan yang diperuntukkan untuk pemukiman adalah 41.500 Ha. Luas lahan yang diperuntukkan untuk Pertanian adalah 64.897Ha. Luas lahan untuk ladang tegalan dan perkebunan adalah 350.173 Ha. Luas lahan untuk Hutan Produksi adalah 0 Ha. Sedangkan luas lahan untuk fasilitas umum adalah sebagai berikut: untuk perkantoran 5.650 Ha, sekolah 1.500 Ha, olahraga 0.350 Ha, dan tempat pemakaman umum 1 Ha.

Wilayah Desa Wonorejo secara umum mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Secara prosentase kesuburan tanah Desa Wonorejo sebagai berikut,: sangat subur 466.070 Ha,. Hal ini memungkinkan tanaman padi untuk dapat panen dengan menghasilkan 4,75 ton/ ha. Tanaman jenis palawija juga cocok ditanam di sini.

Berdasarkan data yang masuk tanaman palawija seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang, jagung, dan ubi kayu, kubis, brambang, Cabai serta tanaman buah seperti mangga, pepaya, jeruk dan pisang juga mampu menjadi sumber pemasukan (income) yang cukup handal bagi penduduk desa ini. Untuk tanaman perkebunan, jenis tanaman tebu merupakan tanaman handalan. Kondisi alam yang demikian ini telah mengantarkan sektor pertanian secara umum menjadi penyumbang Produk Domestik Desa Bruto (PDDB) Desa Bruto (PDDB). 

Jenis tanah Desa Wonorejo ini sangat bagus sebagai lahan pemukiman dan jalan,. Karenanya, masyarakat Desa Wonorejo menyukai bangunan rumah dari tembok dari pada papan kayu. Sebab bangunan tembok maksimal kuat dan tidak beresiko tidak  membahayakan jiwa penduduk. Dari 1.265 buah rumah yang ada, hanya sekitar 75 buah rumah saja yang terbuat dari papan kayu/bambu, sementara lainnya dari bangunan tembok permanen.
Sedangkan keberadaan testur tanah yang lembek dan tidak bergerak juga mengakibatkan jalan-jalan tidak cepat rusak. Karenannya, pilihan teknologi untuk membangun jalan dari bahan-bahan yang relatif bertahan lama menjadi pilihan utama.

Sejarah Desa WonorejoSejarah Desa Wonorejo tidak terlepas dari sejarah Masyarakat Wonorejo di Kabupaten Malang. Desa ini awalnya bernama Wirosari dan pedukuhan Ngaglik dengan Kepala Desa yang bernama Wirosari, Kepala Desa Wirosari ini adalah Kepala Desa yang menjabat pada saat Jaman Belanda dulu, dan masih sangat terpengaruh oleh gaya kehidupan masyarakat samin.

Karena adanya semangat perubahan maka desa ini pada tahun 1921 diubah namanya menjadi Wonorejo yang berarti Wono artinya Alas dan Rejo artinya Rame kalau digabung menjadi Alas Rame. Nama Wonorejo didasarkan pada saat itu desa ini dalam wilayah Hutan atau pegunungan akan tetapi keadaannya sangat ramai jika dibandingkan dengan desa-desa lain yang ada di wilayah kecamatan Poncokusumo ini , maka dinamakan Desa Wonorejo.

Download Peta Desa Wonorejo
Download Peta Desa Wonorejo versi CorelDRAW

Dengarkanlah Ya Akhii.....

Ya Akhi Dengarkanlah

Cinta itu tumbuh karena terbiasa… terbiasa dekat…terbiasa ada…terbiasa bersama…terbiasa berantem..hehe... terbiasa saling menyapa…terbiasa diberi perhatian…terbiasa saling mengobrol… hmm…

Cinta itu teramat bening…saat ini tiada apapun…namun perlahan…tanpa kita sadari…dia sudah menjalar ke seluruh bagian jiwa kita..menguasai kita… awalnya mungkin kita akan merasa sebal dengan kehadirannya…terganggu oleh sms-sms isengnya….terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan anehnya…. namun…tanpa kita sadari…saat ia tiada…saat sms tak kunjung tiba…saat telepon tak berdering lama….?? akan ada perasaan kehilangan….setiap saat melihat ke HP…menunggu deringnya…setiap saat melongok ke komputer…menunggu onlinenya….. dan itukah…?!!

itukah saudariku, yang dinamakan dengan…”MENCINTAI KARENA ALLAH…? itukah…? itukah….?!!

Ya akhi…para ikhwan….sungguh hati wanita ini lemah….hati wanita itu mudah terjangkiti virus…. dan bagaimana jika kita telah jatuh cinta…bagaimana ternyata hati kita sudah saling merindu…menginnginkan adanya kebersamaan…merindukan adanya kasih yang tanpa akhir…sementara….KITA BELUM HALAL….!!  DAN MUNGKIN KITA TIDAK AKAN PERNAH JADI HALAL….!! sanggupkah engkau pertanggungjawabkan sms-sms mesramu…???sangggupkah engkau pertanggungjawabkan telepon mesramu…? sanggupkah engkau pertanggungjawabkan tangis kami karena mulai merindukanmu…? mulai berharap padamu…? Tolong, kami hanya ingin menjaga diri . Menjaga amal kami tetap tertuju padaNYA.Karena janji Allah itu pasti. Wanita baik hanya diperuntukkan laki-laki baik.

Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu! Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu! Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu! Jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu! Jangan ajak hati kami berzina dengan ber-dua-an denganmu! ya

Akhi….ikhwan…calon pemimpin kami di masa depan….jika engkau benar-benar serius…mengapa engkau hanya bersembunyi dibalik internetmu…?? bersembunyi dibalik HPmu…? bersembunyi dalam kata-katamu…?? kita sudah lelah dengan semua itu…sungguhpun kita tidak mengharapkan seorang laki-laki BERMENTAL TEMPE…yang hanya berani di dunia maya…yang hanya berani di dunia sms… dan yang lari dari tanggungjawab setelah merasa tidak cocok…. jika engkau memang sungguh serius

DATANGLAH PADA ORANGTUA KAMI…!!!JAWAB PERTANYAAN KAMI DENGAN LANTANG…! DIHADAPAN KAMI…!! JAWAB PERTANYAAN KAMI SECARA LANGSUNG….!! kami wanita ingin pemimpin yang berani….kami wanita yang ingin menjaga diri…kami wanita yang tidak ingin diberi harapan palsu…janji gombal….kami wanita yang ingin laki-laki yang halal…..DENGARLAH AKHI…KAMI WANITA YANG BERBEDA…!!..

PERNIKAHAN ADALAH KESUCIAN….DAN JALAN MENUJU PERNIKAHAN TENTUNYA HARUS SESUCI PERNIKAHAN ITU PULA…!! Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.

Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu. Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat. Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu.

Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak. Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu

Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku.

Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga…. MUNGKIN SALAH SEORANG LAKI-LAKI AKAN BERTANYA… ”mengapa wanita begitu selektif memilih orang yang akan taaruf..” maka… wanita akan menjawab.. suami kami nanti kelak akan menjadi pemimpin kami… akan kami layani kebutuhannya….

akan kami tunggu kehadirannya… akan kami berikan jiwa kami…raga kami…. bagaimana mungkin kami lalai dalam memilih calon suami…meski hanya dalam rangka taaruf…?? suami kami nanti akan menjadi pembimbing agama kami…penjaga kami…pelindung kami… bagaimana mungkin kami akan gegabah dalam menentukan pilihan…meski hanya sebatas tukaran biodata..?? mentaati suami kami adalah salah satu jalan kami ke surga… ketaatan pada suami adalah lambang kesholihan kami…. bagaimana mungkin kami akan cepat memutuskan siapa pilihan kami meski hanya sebatas kata…”baik saya setuju…taarufan…”

ya akhi….saudaraku…para ikhwan…. 

JANGAN TAWARKAN KEISENGAN ATAS NAMA TA'ARUF PADA KAMI…! KETAHUILAH… KAMI ADALAH WANITA YANG BERBEDA…!

Aku merasa tak pantas mengatakan bahwa aku adalah wanita berbeda……… Tetapi aku ingin belajar…. aku juga ingin menjadi salah satu wanita khusus tersebut… Wanita yg diperuntukkan bagi lelaki yang baik…. Lelaki ahli syurga…. Meski seringkali jatuh, aku ingin mencoba untuk bangkit lagi, mencoba lagi…… Meski aku berkali2 gagal, namun aku ingin meraihnya… Aku ingin meraihnya.

Tasbih Fatimah az-Zahra

alasrame.blogspot.com


Ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan Ali RA? yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah  Bismillahirrahmaaniirrahiim Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. 


Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh mempesonanya. kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.


Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis.


Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit.
Gagah ia berjalan menuju Ka’bah.
Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Mengagumkan! ‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan.


Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. 
Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali, Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah
sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya Lihatlah juga bagaimana Abu Bakar berda’wah.
Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab, Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.


Ia adalah keberanian, atau pengorbanan. Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir.
Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibnu Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya?
”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar.


Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan. Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu? ”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..” ”Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!” ”Aku hanya pemuda miskin.


Apa yang bisa kuandalkan?” ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!” ’Ali pun menghadap Sang Nabi.
Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap?
Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung.


Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!” ”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!” Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya.


Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.


Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)
Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda” ‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu” Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu” (yang salah dari pacaran itu bukan perasaannya, melainkan jalan yang kita pilih, untuk mempertanggungjawabkan perasaan tsb lah, yang tidak bijak), semoga istiqomah.
Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar ” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya.



Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?” ”Entahlah..” ”Apa maksudmu?”

Cinta Yang Sesungguhnya

Alasrame.blogsport.com

Segala puji hanya bagi Allah Ta’ala yang telah menciptakan rasa cinta di hati hamba-hambaNya. Cinta dengan karakteristiknya yang khas, akan mampu menciptakan segala rasa pada diri seorang anak manusia: rasa yang indah, semangat, kemauan, berkorban, saling mengerti …
Dan… saat Allah jadikan pernikahan sebagai saluran cinta yang halal, maka keindahan itu menjadi semakin sempurna, bahkan bernilai ibadah di sisiNya…

Khusus cinta dua insan yang terjalin dalam bahtera rumah tangga, maka perlu diupayakan untuk menjadikan cinta itu semakin berkualitas dan dewasa, bahkan mampu mengantarkan pada keridhaan Allah dan surgaNya…

Cinta Kurang Dewasa

Cinta ini hanya bertolok ukur pada tatanan fisik semata, dan berhenti di sana… Dibangun di atas egoisme pribadi, dan menjadikan dunia dan kenikmatannya sebagai tujuan akhirnya…

Cinta semacam ini sangat rapuh, keindahannya hanya bersifat semu dan sesaat… Tak banyak manfaat yang dirasakan oleh manusia dari rumah tangga dengan warna cinta seperti ini…

Cinta Dewasa

It’s the amazing of love… Cinta yang lahir dari ilmu dan iman yang kokoh. Terpancar dari hati sanubari, dan bahkan mampu ‘mendaki’ ke langit tuk menjadikan Allah Ta’ala sebagai muaranya yang tertinggi… menjadikan ridhaNya sebagai tolok ukur dalam mencintai seluruh manusia, termasuk pasangan hidupnya… Dengan semangat ibadah dan kerinduan meraih surgaNya, cinta itu akan mengalir ke dunia…

Cinta inilah yang kan melahirkan ketenangan hidup sejati, menjadi pembangkit energi tuk melahirkan karya-karya keumatan yang luar biasa, serta prestasi hidup yang kan terukir indah dengan tinta sejarah…

Cinta ini kan melahirkan kesabaran tanpa batas dan ketawakalan yang paripurna, hingga segala pahit getir ujian kehidupan, tak menggetarkan pijakan kakinya di dunia ini.. Seberat apapun pengorbanan dantuntutan perjuangan, kan ikhlas dijalaninya…

Kedewasaan Cinta
  • Allah-lah Tujuannya
Saat Dia menjadi dasar dan tujuan cintanya, maka segala hal dalam rumah tangga kan dikendalikan atas dasar ini. Hubungannya dengan anggota keluarga senantiasa berpijak pada rambu-rambu syariat, selalu mengindahkan aturanNya…
  • Kan Kuterima Dia Apa Adanya
Saat akad nikah telah berlangsung, sambutlah pasangan hidupmu dengan segenap kesiapan dan teimalah dia apa adanya. Penerimaan tulus akan segala kekurangannya akan melahirkan perasaan saling menghargai…

Jiwa yang kurang bijak akan selalu mengungkit kekurangan pasangannya, padahal… tiada yang sempurna di dunia ini…
  • Bersamaku Kau Semakin Maju
Alangkah indahnya, jika berlalunya tahun-tahun pernikahan kan berbanding lurus dengan peningkatan kualitas diri kita dan pasangan hidup kita. Romantisme yang ada, bukanlah semu belaka, keceriaan yang tercipta, bukanlah sesuatu yang sia-sia..

Semua agenda kehidupannya selalu memperhatikan kemajuan pasangan hidupnya…

Berbahagialah mereka yang setelah sekian tahun menikah telah merasakan sekian banyak kemajuaan, untuk kehidupan dunia dan akhirat..

Bersedihlah mereka yang tahun-tahun kehidupan pernikahannya justru berbuah kemunduran dari berbagai sisi kehidupan…
  • Memberi Bukan Meminta
Kebanyakan yang mendorong manusia untuk menikahi seseorang disebabkan karena ingin mendapatkan sesuatu dari pasangannya, entah itu ketampanan, kecantikan, kekayaan, kecerdasan dan keluasan ilmunya, walau ini semua tidaklah dilarang…

Semakin besar harapan yang dipancang pada awal pernikahan, akan makin besar pula potensi kecewa yang akan didapat….

Ubahlah paradigma cinta dari meminta menjadi memberi… “Aku berumahtangga dengannya, agar aku bisa membuatnya lebih baik, agar aku bisa membantunya untuk lebih taat, lebih sukses… “
  • Dia Adalah Milik Allah
Suami isteri memang saling memiliki, namun harus disadari dengan beanr, bahwa pasangan hidup kita adalah milik Allah… Dia mempunyai tugas-tugas keumatan, waktunya tidak hanya untuk kita. Relakan waktu, tenaga, fikiran, harta dan jiwanya jika ummat memerlukan keberadaannya di tengah mereka..

Dan… kelakpun… dia kan kembali untuk menghadapNya…
  • Pengorbanan dan Kesabaran
Kedewasaan cinta berbuah pada kesabaran dan ketawakkalan yang paripurna. Tiada satupun musibah dan ujian dalam rumah tangga yang kan mampu meruntuhkan iman dan jati dirinya. Hanya keyakinan padaNya, bahwa Dia Maha Sempurna ilmuNya dan Maha Adil KetetapanNya..

Bahkan dia mampu menikmati badai ujian dalam musibah karena berharap pahala dari kesabarannya..

Tidaklah ujian itu datang, dan dia bersabar, kecuali Allah akan angkat derajatnya dan mengampuni dosa-dosanya, kelak… dia kan menghadap Allah dalam keadaan dicintaiNya…
  • Karya, Prestasi dan Sinergi
Dunia adalah ladang tuk mengumpulkan bekal akhirat, rumah tangga juga harus dapat menjadi ladang kebaikan dan pahala… Jadilah tim hidup yang kompak dan solid tuk meretas kehidupan bersama di dunia, abaikan dominasi ego tuk mewujudkan karya bersama.. dunia akhirat…
  • Di Surga Kita Kan Bertemu…
Mencintai pasangan hidup dengan tulus, menyemangatinya dalam kebaikan, menjaganya dari keburukan… agar cinta itu tak kan berakhir… saat jasad ditimbun tanah… karena, …

Cinta itu kan terus berlanjut, hingga di surga kita kan bertemu…

Semoga Bermanfaat...

Aku Ingin Meraih Surga Bersamamu










Memakai jilbab, untuk saat ini dan di negara ini, bukanlah berarti sebuah pengilmuan akan agama. Dulu aku pernah beranggapan bahwa seorang yang memakai jilbab adalah orang yang akan berusaha mempertahankan jilbabnya disebabkan proses pemakaian jilbab itu sendiri membutuhkan pergulatan di hati yang membuncah-buncah dan penuh derai air mata. Tapi sayangnya, makin bertambah usiaku, maka berubah pula anggapan itu disebabkan berbagai kenyataan yang kutemui.

Aku baru menyadari ada sebagian wanita yang menggunakan jilbab hanya karena sekedar disuruh atau diwajibkan oleh orang tua, tempat belajar atau tempatnya bekerja. Jika telah keluar dari ‘aturan’ itu, maka lepas pula jilbab yang menutupi kepalanya. Mungkin karena itulah kain-kain itu tidak menutup secara benar kepala dan dada mereka.

Sebagian lagi, memakai jilbab karena pada saat itu, jilbab terasa pas untuk dipakai dan lebih menimbulkan kesan ‘gaya’ dan kereligiusan agama. Apalagi jika diberi pernak-pernik di sana-sini.
Jilbab yang seharusnya menutup keindahan wanita tersebut malah justru menambah keindahan itu sendiri.
Ditambah lagi kesan agamis yang terasa nyaman di hati.

Aku juga pernah berpikir dan bertanya-tanya, bahwa orang-orang memakai cadar dan berjilbab lebar apakah tidak kepanasan dengan seluruh atributnya? Apakah tidak repot jika hendak keluar dimana mereka harus memakai seluruh kain panjang tersebut?
Mulai dari baju, jilbab yang lebar, masih harus ditambah memakai kaus kaki! Ah! Dan di balik jilbab itu, ternyata masih ada jilbab lagi! Dan… apakah mereka bisa melihat dari balik cadar yang menutup matanya?

Untuk yang satu ini, waktu tidak cukup untuk menjawab semua pertanyaan itu. Karena butuh pengetahuan lain yang merasuk ke dalam hati untuk mendapatkan jawabannya. Pengetahuan akan indahnya Islam dengan segala pengaturan yang diberikan oleh Allah.

Pengetahuan akan surga yang begitu indah dan damai dengan segala kenikmatannya. Pengetahuan bahwa surga tidak akan tercium oleh wanita yang mengumbar-umbar aurat di depan khalayak. Pengetahuan bahwa penghuni neraka yang paling banyak adalah wanita. Ternyata kerepotan itu bukanlah kerepotan, melainkan sebuah usaha. Usaha dari seorang wanita muslimah untuk menggapai surga-Nya. Untuk bersanding dengan suaminya ditemani dengan bidadari cantik lainnya.

Panas dari jilbab itu bukanlah rasa panas yang menyesakkan pikiran dan dada. Akan tetapi hanya sepercik penguji jiwa yang dapat meluruhkan dosa-dosa kecil dari seorang insan wanita. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa setiap kesusahan yang dialami muslim merupakan peluruh bagi dosa-dosanya.

Maka… hatiku kini pedih… Ketika kemarin melihat saudariku yang lain, seiring dengan berjalannya waktu, kini telah membuka jilbabnya. Sempat kutanyakan, “Di mana jilbabnya?”

Ia menjawab, “Tidak sempat kupakai.”

Aih… waktu kutanyakan itu, memang pada saat dimana orang-orang sibuk menyelamatkan dirinya dikarenakan bencana alam. Aku hanya terdiam mendengar jawaban itu. Ah… mungkin karena sangat terkejutnya sehingga tidak sempat berbalik lagi untuk mengambil jilbab.

Tapi hari ini… kutemukan dia sudah menanggalkan jilbabnya. Bahkan tak tersisa sedikitpun jejak bahwa ia pernah memakai jilbab. Kini ia telah bercelana pendek dengan pakaian yang pendek pula. Sesak rasanya dada ini.
Tetapi belum ada daya dari diriku untuk bertanya lagi tentang sebuah kain yang menutupi kepala dan dadanya. Masih tersisa di benakku, jika seseorang yang menggunakan jilbab melepas jilbabnya… maka habislah sudah… karena perenungan dan pergulatan hati itu kini telah dikalahkan oleh hawa nafsu. Perenungan yang pernah mendapatkan kemenangan dengan dikenakannya jilbab itu kini justru bahkan tak mau diingat. Hanya kepada Allah-lah aku mengadu dan memohonkan hidayah itu agar tetap ada bersamaku dan kembali ditunjukkan kepadanya.

Saudariku… kuingin meraih surga bersamamu. Maka, saat ini aku hanya bisa berdoa.
Semoga kita bertemu di surga kelak… Insya Allah.

Semoga bermanfaat...

Followers